Curug Cilember mulai diberlakukan sebagai kawasan wisata sekitar tahun 1990-an. Saat itu pihak perhutani bekerjasama sebagai pengelola membangun fasilitas pendukung seperti jalan, lampu jalan, petunjuk jalan agar akses semakin mudah. Lalu, pada awal tahun 2000-an, mulailah dibangun persinggahan dan taman.

Untuk penamaan tempat wisata, nama Cilember diambil dari bahasa Sunda yaitu lember yang berarti sejenis jamur berwarna coklat yang tumbuh di pepohonan atau batang kayu yang sudah lapuk dan mati. Sedangkan dalam bahasa Indonesia jamur tersebut dikenal dengan nama jamur kuping. Karena udara dan suhu yang lembab, mungkin dulunya tempat tersebut memang banyak tumbuh jamur.

Air terjun ini memiliki tujuh tingkatan, dari Cilember 1 hingga Cilember 7. Tentu saja yang paling bawah dekat dengan loket adalah Cilember 1, sedangkan yang paling tinggi adalah Cilember 7. Pengunjung harus melakukan perjalanan yang cukup melelahkan untuk mencapai curug yang paling atas, yaitu dengan berjalan kaki melewati bebatuan dan jalanan yang cukup licin.

Karena semakin tinggi level curug, maka akses menuju ke curug yang dituju semakin sulit. Curug Cilember ini memiliki akses jalan yang cukup aman dan mudah dari jalur Cilember 1 hingga Cilember 4. Sedangkan setelah itu akses semakin sulit karena jalan mulai licin dan jalan setapak yang terjal dengan bebatuan. Oleh karena itu kamu perlu berhati-hati dan tak perlu memaksakan diri sampai Curug Cilember 7, karena keselamatan tetaplah prioritas utama untuk menikmati air terjun ini.